Ketimpangan yang hampir terjadi disemua sektor yang menjadi philosophy pemikiran alumni 212 untuk menuju Indonesia yang lebih baik di masa yang akan datang, ketimpangan tersebut seperti dibidang ekonomi, hukum, politik dan sebagainya.
Sebelum Edi Muliadi tampil sebagai pembicara tunggal terlebih dahulu acara ini di buika dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, pemberian gelar kehormatan kepada Edi Muliadi dengan gelar ” Daeng Parani” kemudian kata sambutan oleh panitia yang diwakili oleh Ust Mochtar Dg Lau. Ust Dg Lau dalam sambutannya diantaranya menyatakan ketimpangan ekonomi seharusnya tidak perlu terjadi dengan melihat Sumber Daya Alam negara Indonesia yang sangat melimpah, andai negara ini dikelola dengan baik dan jujur maka pasti Indonesia akan menjadi negara yang kaya dan maju ungkap Dg lau.
Andai saja tambang nikel di Sulawesi dikelola secara mandiri dan jujur itu hasilnya pemerintah biosa memberi uang senilai 20 juta rupiah per kelauarga tiap bulan bagi masyarakat Indonesia tapi karena tidak dikelola dengan baik maka maka sampai saat ini belum memberikan konstribusi yang berart bagi masyarakat tutur Dg Lau.
Setelah kata sambutan dari Dg Lau maka dilanjutklan dengan acara utama dengan nara sumber Edi Muliadi dengan dipandu oleh moderator Irfan Abdul Gani, salah seorang aktivis 212 dan juga seorang wartawan yang saat ini menjadi pimpinan redaksi pilarindonesia.com.
Edi muliadi dalam pemaparannya menyatakan ketika pasca kemerdekaan Belanda ingin kembali menjajah Indonesia dengan membonceng di tentara sekutu, sekutu ini terdiri dari gabungan beberapa negara di Eropa dan baru saja menang dalam Perang Dunia II. kedatangan tentara sekutu membuat Bung Karno menjadi cemas dan khawatir karena mengingat tentara sekutu mempunyai persenjataan yang lengkap. canggih dan tentaranya sangat terlatih dan berpengalaman dalam Perang Dunia II. dalam kecemasan dan penuh kekhatiran tersebut maka Soekarno menemui para kyai/ulama untuk diberi petunjuk dan solusi dalam menghadapi masalah tersebut.
Setelah pertemuan Bung Karno dan para Kyai maka maka para Kyai berkumpul dan bermusyawarah, hasil ijtima ulama saai tiu menghasilkan beberpa keputusan salah satunya adalah fatwa resolusi jihad untuk melakukan perang suci atau jihad dengan sasaran mengusir sekutu dan NICA yang dipimpin oleh Brigjen Mallaby.
Resolusi jihad dari para Kyai telah menanamkan kepercayaan dalam diri Bung Karno dan membakar semangat para pemuda Pejuang untuk melawan tentara sekutu yang bersenjata lengkap dilawan dengan senjata bambu runcing dan teriakan Allahu Akbar.
Fatwa Resolusi Jihad tersebutlah yang memantik semangat pertempuran seluruh rakyat Indonesia untuk saling bahu membahu dalam satu tekad dan tujuan, yaitu mengusir segala bentuk penjajahan di muka bumi Indonesia sampai titik darah penghabisan,” tambah Edi.
Fatwa Resolusi Jihad tersebut, lanjut Edi, merupakan wujud kecintaan ulama terhadap bangsa ini sekaligus sebagai bentuk komitmen para ulama untuk mengisi kemerdekaan Indonesia .
Semangat Jihad ini perlu kembali ditanamkan dalam menyambut pemilu yang akan datang dimana penduduk Indonesia yang berjumlah + 275 Juta jiwa sebagaian besar adalah muslim, umat Islam harus tampil sebagai pemenang, Jihad bukanlah kalimat yang radikal tetapi sebuah kalimat yang akan memicu semangat umat muslim dalam mempertahamkan perjuangan RI untuk menuju Nehgara Kesatuan RI yang maju dan bermartabat.