Shamsi Ali*
Salah satu peringatan keras baginda Rasulullah SAW adalah agar kita berhati-hati dengan satu bentuk prilaku manusia yang bersifat ganda. Karakter ganda itu tidak jarang justeru saling berlawanan (paradoxical).
Dalam sebuah hadits Rasulullah mengingatkan: “seburuk-buruk manusia di hari akhirat nanti adalah manusia yang berwajah dua (dzulwajhaeni)”.
Hadits ini menyampaikan bahwa di akhirat nanti ada sekelompok orang yang akan memilki dua wajah. Penampakan dua wajah ini sendiri merupakan penampakan yang buruk. Sehingga wujudnya merupakan bagian dari hinaan sebagai bagian dari adzab Allah SWT.
Dzulwajhaeni atau orang yang berwajah dua adalah orang yang di satu sisi menampakkan menampakkan wajah tertentu. Namun pada sisi lain orang tersebut menampakkan wajah yang berbeda. Boleh jadi di depan wajahmu dengan wajah ceria dan tersenyum. Namun di belakangmu dia berwajah
seram yang memuakkan.
Dalam kehidupan sosial dan komunal manusia, karanter seperti ini banyak ditemukan. Tentu banyak faktor yang menjadikan seseorang berkarakter demikian. Satu yang terpenting dan dominan adalah karena faktor dunia dengan segala tekanannya (worldly pressure).
Situasi seperti ini dapat terjadi kepada siapa saja. Bahkan termasuk kepada mereka yang memiliki gelar-gelar keagamaan (ustadz, kyai, syeikh, Imam, maulana, malwi, huzur, dst.). Karena sesungguhnya hati manusia tidak terdefenisikan oleh gelar-gelar itu. Tidak juga oleh penampakan luarnya.
Bahkan dalam dunia maya sekalipun. Seringkali kita dibombardir dengan postingan-postingan seolah orang itu paling zuhud, paling tidak tamak dunia. Postingan-postingannya penuh dengan hiasan kata “kematian” dan “cinta akhirat”. Namun kenyataan di lapangan berkata lain. Langkah-langkahnya kerap kali desktruktif, merusak lingkungan (dan komunitas) karena bertujuan mengail “ikan teri di balik limbah”.
Papatah lama “ada udang di balik batu” seringkali ditampilkan tanpa malu-malu. Hilangnya rasa malu itu tidak jarang mengedepankan “casing” (cover) yang seolah indah dan menawan. Ada yang terbuai dan ada pula yang memang menjadikannya tempat bertengger untuk ambisi tertentu.
Dan karenanya berhati-hati dengan “dzulwajhaen” (manusia yang bermuka ganda). Di hadapan wajahmu begitu manis. Di belakang punggungmu begitu bengis. Hadir dengan kata-kata indah syurgawi. Tapi di balik itu bergejolak motivasi busuk demi “mengail ikan-ikan busuk dari genangan air sampah”.
Semoga Allah menjaga kita dan Komunitas kita. Amin!
NYC Subway, 14 Pebruari 2023
* An Indonesia New Yorker