HATI-HATI POTENSI KEBANGKITAN PKI

Andi B. Amien Assegaf

Sejarah kelam Bangsa Indonesia terjadi 55 tahun yang lalu tepatnya tanggal 30 September 1965, Partai Komunis Indonesia (PKI) melakukan pemberontakan di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pada malam 30 September 1965 PKI menjalangkan aksinya dengan melakukan penculikan kepada para jendral yang anti komunis mereka yang jadi korban dalam aksi malam 30 September tersebut antara lain ; Jenderal Ahmad Yani, Letnan Jenderal Suprapto, Letnan Jenderal MT Haryono, Letnan Jenderal S Parman, Mayor Jenderal DI Pandjaitan, Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, dan Kapten Pierre Tendean dan Brigadir Polisi KS. Tubun.

Para korban penculikan   mendapat siksaan yang tidak manusiawi oleh para penculik pada saat diinterogasi kemudian mayat-mayat mereka dimasukkan dalam sumur tua di daerah lubang buaya. Aksi penculikan, pembunuhan dan penyiksaan dari PKI ini terjadi di berbagai daerah di Indonesia khususnya di Jawa dan Bali.

Hari ini 30 September 2020 telah 55 tahun kudeta PKI terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia telah berlalu namun hingga saat ini pergerakan dari PKI masih terus berlangsung, rupanya mereka masih berupaya terus eksis melalui kader-kader baru dan para turunan dari para eks PKI. Bahkan mereka telah terang-terangan menklaim dirinya sebagai PKI tanpa ada rasa sungkan denagan aparat lagi.

Kader-kader PKI sekarang telah menyusup di dalam pemerintahan dan juga di parlemen, telah banyak yang menjadi anggota DPR mulai dari tingkat kabupaten/kota sampai dengan pusat. Sepertinya indikasi gerakan bawah tanah yang selama ini di tuduhkan pada mereka mulai nampak kebenarannya, bahaya laten komunis tetap mengintai dihadapan mata. Walaupun ada kelompok-kelompok tertentu yang membela keberadaan mereka dengan dalih komunis tidak perlu ditakutkan lagi karena terbukti banyak Negara komunis yang telah runtuh, adanya statemen seperti ini jangan membuat kita terlena sehingga menganggap kemungkinan kebangkitan PKI tidak akan pernah ada.

Banyaknya ulama-ulama yang jadi korban penganiayaan orang-orang yang diklaim gangguan jiwa oleh aparat seharusnya menjadi alarm bagi kita kalau sesungguhnya ini patut diwaspadai sebagai bagian dari gerakan PKI. Kalau kita menengok kebelakang sebelum terjadinya pemberontakan PKI tahun 1965 dan Pemberontakan PKI tahun 1948 bahwa ternyata banyak tokoh-tokoh agama, ulama dan santri yang dibunuh, dianiaya dengan modus operandi mirip dengan kejadian-kejadian yang terjadi saat ini.

Bagaimanapun juga PKI sangat bertentangan dengan dasar Negara Republik Indonesia bahkan lebih bertentangan lagi dengan semua agama, bukan hanya pada agama Islam tapi juga agama lainnya seperti Nasrani, Budha, dan Hindu. Komunis menganggap agama hanya sebagai racun yang hanya membuang waktu untuk melaksanakannya. Makanya jangan heran kalau di Negara-negara komunis orang-orang dilarang untuk memeluk dan melaksanakan  agama tertentu, pemeluk agama akan dihukum, dianiaya, diperkosa bahkan dibunuh secara kejam. Semoga kita tetap menyadari dan waspada terhadap ancaman kebangkitan Komunis di Indonesia.