IndonesiaLineNews-Jakarta – Tragedi Kanjuruhan merenggut hingga 125 korban jiwa. Amnesty International menyoroti penggunaan gas air mata oleh aparat keamanan.
Kericuhan pecah di Stadion Kanjuruhan, Malang, usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya dalam lanjutan Liga 1, Sabtu (1/10/2022) malam WIB. Suporter tuan rumah yang kecewa kemudian masuk ke lapangan.
Bentrok antara suporter dan aparat keamanan di lapangan pun tak terhindarkan. Aparat keamanan kemudian juga melepaskan gas air mata untuk menghalau massa.
“Korban yang berstatus luka ringan 203 orang, luka berat 21 orang, dan meninggal dunia 125 orang. Sehingga, total korban 448 orang,” terang Muhadjir.
“Hak hidup ratusan orang melayang begitu saja pasca pertandingan bola, ini betul-betul tragedi kemanusiaan yang menyeramkan sekaligus memilukan. Perempuan dan laki-laki dewasa, remaja dan anak di bawah umur, menjadi korban jiwa dalam tragedi ini. Kami sampaikan duka cita mendalam kepada keluarga korban, pun kepada korban luka yang saat ini sedang dirawat, kami berharap pemulihan kondisi yang segera,” ujar Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid dalam rilisnya di situs resmi.
“Sungguh memilukan 58 tahun kemudian, insiden seperti itu berulang di Indonesia. Peristiwa di Peru dan di Malang tidak seharusnya terjadi jika aparat keamanan memahami betul aturan penggunaan gas air mata. Tentu kami menyadari bahwa aparat keamanan sering menghadapi situasi yang kompleks dalam menjalankan tugas mereka, tapi mereka harus memastikan penghormatan penuh atas hak untuk hidup dan keamanan semua orang, termasuk orang yang dicurigai melakukan kerusuhan.”
Amnesty International berharap negara ikut terlibat dalam penyelidikan secara menyeluruh atas Tragedi Kanjuruhan.
“Akuntabilitas negara benar-benar diuji dalam kasus ini. Oleh karena itu, kami mendesak negara untuk menyelidiki secara menyeluruh, transparan dan independen atas dugaan penggunaan kekuatan berlebihan yang dilakukan oleh aparat keamanan serta mengevaluasi prosedur keamanan dalam acara yang melibatkan ribuan orang.”