Imam Shamsi Ali*
Baru saja saya dikirimi oleh teman rekaman wawancara Ade Armando dan Kyai Khalil Nafis di TV One perihal respon saya ke Ade Armando tentang Syariah, dan khususnya kewajiban sholat lima waktu dalam Al-Quran (Islam).
Ada beberapa hal yang ingin saya klarifikasi:
Pertama, berkali-kali Armando menyebut saya marah atau emos, bahkan dalam dianggap kurang luas berpikir. Sekali lagi ini nyanyian bersama kaum liberal yang selalu menganggap pendapat yang konsisten dengan Al-Quran dan Sunnah sebagai “kurang luwes”. Dan berbeda dengannya dianggap “emosi”. Kita sudah paham dengan lagu lama yang membosankan itu.
Saya justeru mengajak Armando untuk memakai “otak” karena Al-Quran sendiri menantan: “afalaa ta’qiluun” (tidakkah kalian berotak?). Dan itu ketika seseorang merasa pintar tapi menentang kebenaran Al-Quran dan Sunnah (Islam).
Saya tidak marah dan emosi. Kalau orang Makassar marah itu bukan lagi dengan kata-kata. Apalagi Putra Kajang. Kepala Ade Armando bisa lembek. Hehe…Santai saja man!
Kedua, Armando jelas licik dan bermuka ganda bahkan berkarakter “double standard”. Di satu sisi tidak mengimani syairah, bahkan menuduh Syariah itu berbahaya bagi Indonesia dan dunia modern. Tapi di satu sisi mengakui kalau dia melaksanakan Syariah. Sholat 5 waktu itu, walau dia ingkari perintahnya dari Al-Quran, itu juga Syariah. Bahkan saya dengar isteri Armando itu memakai jilbab. Allahu a’lam. Apakah itu sekedar fashion? Atau itu karena ajaran/aturan Islam?
Ketiga, waktu-waktu sholat dalam Al-Quran itu sendiri sesungguhnya disebutkan ada 5 waktu. Hanya saja sebagaimana narasi Al-Quran dalam banyak hal, tidak menyebutkan semua masalah secara berurutan. Satu contoh, iman kepada Qadar itu tidak disebutkan secara berurutan dengan rukun iman lainnya di satu ayat. Melainkan di beberapa ayat lainnya.
Di sìnilah Urgensi belajar ilmu Al-Quran (uluum al-Quran) sebelum berbicara tentang Al-Quran. Armando saya dengar di bidang komunikasi. Karenanya wajar pintar memainkan komunikasi yang boleh jadi menyesatkan banyak orang.
Saya tidak bermaksud menafsirkan semua ayat-ayat yang berbicara tentang sholat 5 waktu. Tapi silahkan merujuk salah satunya ke ayat-ayat berikut: Ar-Rum: 17-18:
“Maka bertasbihlah kepada Allah pada sore/petang hari dan pada pagi hari. Dan segala puji (puja puji Allah) di langit dan di bumi, baik di waktu malam (isya) dan pada waktu siang (Zhuhur).
Armando sekali lagi harus paham kalau ilmu agama bukan kapasitasnya. Karena untuk memahami ayat-ayat Al-Quran tidak cukup membaca terjemahan. Betapa bahayanya kalau saya ingin berbicara tentang kedokteran dengan sekedar membaca buku biologi.
Keempat, dan ini yang berbahaya. Kaum liberal memang dikenal pintar bermain kata. Armando memperlihatkan itu. Dari mengingkari (bahasa Arabnya mengkafiri) Syariat, lalu bersilat lidah dengan kata: “perintah 5 waktu itu tidak ada dalam Al-Quran”, lalu mengambil contoh-contoh hukum yang tentu memilki perlu ditafsirkan seperti hukum-hukum jinayah (criminal code) dalam Islam. Dan akhirnya ingin mengatakan: yang tidak mengikuti pendapatnya adalah kaku, terbelakang, sempit, bahkan tidak rasional dan mengedepankan amarah.
Sekali lagi, manusia seperti Armando ini memang ada pada dua kemungkinan. Satu, dhoollun alias tersesat. Atau dua, anggaplah dia sendiri tidak tersesat. Tapi dengan gaya komunikasi yang kadang terpolesi oleh kepura-puraan pintar, logis, bahkan manis, menjadikan masyarakat awam terbawa arus.
Di sìnilah Urgensi para Ulama untuk menyuarakan dan membentengi Umat. Bagi saya pribadi, yang lebih penting adalah tanggung jawab “amar ma’ruf nahi mungkar”. Saya mungkin tidak punya otoritas (al-yadu/tangan). Tapi masih ada lisan/tulisan yang akan saya pakai.
Kelima, dari semua itu yang juga paling berbahaya adalah upaya menabrakkan komitmen agama/Syariah dengan negara, bahkan dunia. Penyebutan syariah sebagai ancaman itu adalah prilaku “Islamophobia” di Barat. Persis apa yang dilakukan oleh Ade Armando dan kaumnya.
Karenanya saya tetap menghimbau Umat ini, termasuk Umat lain, untuk barbati-hati. Ada upaya pemarjinalan
agama dalam kehidupan manusia. Termasuk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam kerangka Pancasila.
Saya ingin mengatakan sekali lagi, jangan-jangan ada yang teriak “saya pancasila”. Tapi di balik layar justeru ingin merongrong nilai-nilai Pancasila itu sendiri.
Pelaksanaan Syariah di Amerika ini menjadi booming. Dari pelaksanaan sholat Jumat di gedung Kongress yang Kebetulan saya pernah jadi khatibnya, hingga ke makanan-makanan halal, sistim keuangan syariah, dan bahkan kami sering diundang ke pengadilan untuk menyampaikan hukum Islam ketika ada perceraian suami-isteri.
Artinya, sangat berbahay ketika Armando dan kaumnya menampilkan Syariah sebagai sesuatu yang paradoks dengan kehidupan manusia saat ini. Ini benar-benar bentuk kepada agama yang diakuinya.
Buka mata man!
* Imam di kota NY