IndonesiaLineNews-Pekanbaru – Setelah hampir satu minggu berjuang melawan api yang melalap semak belukar di Kuala Cenaku, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) , petugas gabungan akhirnya bisa berhasil memadamkan api yang membakar lahan di wilayah tersebut. Saat ini kebakaran yang sempat membuat petugas kewalahan tersebut telah padam total.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, M. Edy Afrizal menjelaskan bahwa tim pemadam kebakaran melakukan pendinginan terakhir pada hari Sabtu, dan hasilnya hari ini kebakaran lahan di Kuala Cenaku dinyatakan sepenuhnya padam.
“Kami telah melakukan segala upaya untuk memastikan api benar-benar padam. Setelah pendinginan terakhir kemarin, hari ini sudah dipastikan tidak ada lagi api yang menyala,” ujar Edy, Senin (26/8/2024).
Para petugas yang sebelumnya dikerahkan dari berbagai unit, baik darat maupun udara, telah berhasil mengendalikan situasi yang sangat menantang ini. Perlengkapan pemadaman telah ditarik dari lokasi, namun untuk memastikan tidak ada api yang kembali muncul, patroli udara terus dilakukan.
“Walaupun api sudah padam, kami tetap melakukan patroli udara untuk memastikan tidak ada titik api baru yang muncul,” tambah Edy.
Dengan padamnya kebakaran di Kuala Cenaku, saat ini status kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau dinyatakan nihil. Sebelumnya, beberapa wilayah di Riau mengalami kebakaran hutan dan lahan yang cukup luas, namun semua titik api telah berhasil dipadamkan.
“Kami bersyukur bahwa seluruh area yang terindikasi kebakaran sudah berhasil dikendalikan dan saat ini Riau dinyatakan bebas dari kebakaran hutan dan lahan,” ujar Edy Afrizal.
Petugas dan masyarakat diharapkan tetap waspada dan terus menjaga lingkungan agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang. Pemerintah dan berbagai pihak juga akan terus memantau kondisi hutan dan lahan untuk mencegah potensi kebakaran di masa depan.
Edy bersyukur Karhutla di wilayah Inhu tersebut bisa berhasil dipadamkan. Sebab tantangan yang dihadapi petugas dalam memadamkan kebakaran ini cukup berat. Menurutnya, kebakaran terjadi di lahan gambut yang sebelumnya terendam banjir. Sehingga semak belukar yang terendam banjir tersebut mati. Saat banjir sudah surut dan masuk musim kemarau, semak belukar yang mati itu pun mengering dan sangat mudah terbakar.
“Lahan gambut ini dulunya direndam banjir, dan semak-semak yang ada di sana mati karena terendam air. Saat musim kemarau, semak-semak mati ini menjadi kering dan sangat mudah terbakar,” jelas Edy Afrizal.
Kondisi lahan yang kering, ditambah dengan angin kencang dan cuaca panas, membuat api cepat menyebar dan mempersulit upaya pemadaman. Untuk mengatasi situasi ini, tidak hanya pasukan darat yang dikerahkan, tetapi juga tim satgas udara yang menggunakan helikopter dan pesawat untuk memadamkan api dari udara.
“Kami mengerahkan semua sumber daya yang ada, baik dari darat maupun udara, untuk memadamkan kebakaran. Koordinasi yang baik antara kedua tim sangat membantu dalam mengendalikan situasi ini,” kata Edy.