Rektor Unand: Investasi pendidikan tinggi kunci RI jadi negara maju

IndonesiaLineNews-Padang-Rektor Universitas Andalas (Unand) Sumatera Barat (Sumbar) Efa Yonnedi menegaskan investasi pada jenjang pendidikan tinggi merupakan salah satu kunci Indonesia menuju negara maju.

“Untuk menjadi negara maju, apalagi Indonesia pada 2045 diproyeksikan menjadi negara maju, maka pendidikan tinggi menjadi suatu keharusan,” kata Rektor Unand Efa Yonnedi di Padang, Selasa.

Menurut Efa Yonnedi, apabila Indonesia ingin sejajar dengan negara-negara maju di dunia maka investasi di sektor pendidikan tinggi merupakan suatu keharusan agar menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan berkualitas.

“SDM yang berkualitas ini diharapkan bisa menghasilkan karya inovasi guna menyelesaikan berbagai persoalan bangsa,” katanya.

Sebagai contoh, kata dia, jika selama ini Indonesia masih mengimpor beberapa kebutuhan dari berbagai negara, maka hal itu diharapkan tidak lagi terjadi melalui solusi yang diberikan generasi berkualitas yang dihasilkan perguruan tinggi.

“Untuk mencapai titik tersebut maka membutuhkan investasi di pendidikan tinggi,” kata Efa Yonnedi.

Ia mengatakan jika dibandingkan negara-negara tetangga, rasio belanja pemerintah per Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia terhadap sektor pendidikan masih lebih rendah.

Di satu sisi investasi pendidikan tinggi tidak bisa dibebankan kepada pemerintah saja. Namun semua pihak, termasuk perguruan tinggi, harus mempunyai andil agar cita-cita Indonesia Emas 2045 dapat terwujud.

“Jadi untuk menjadi negara maju, maka harus berinvestasi di pendidikan tinggi agar melahirkan SDM yang unggul sehingga bisa melahirkan berbagai inovasi,” katanya.

Ia mengatakan saat ini dunia pendidikan tinggi dihadapi persoalan Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang dinilai memberatkan mahasiswa, terutama kalangan ekonomi menengah ke bawah.

Khusus di Unand, Efa Yonnedi menegaskan kampus tersebut tidak menaikkan UKT dengan sejumlah pertimbangan, salah satunya Ranah Minang yang baru saja dilanda bencana lahar dingin sehingga berdampak pada perekonomian masyarakat.

Rektor memahami menaikkan UKT mahasiswa pada masa tanggap darurat bencana bukanlah kebijakan yang tepat. Sebab, ekonomi masyarakat sedang tidak stabil akibat bencana hidrometeorologi yang terjadi pada Sabtu (11/5).