IndonesiaLineNews-Abu Dhabi-Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA) menekankan pentingnya mengejar ketertinggalan terhadap investasi untuk teknologi dan infrastruktur dalam mempercepat pengembangan energi terbarukan global agar sesuai target pada 2030.
Direktur Jenderal IRENA Fransisco La Camera menyampaikan hal tersebut di Abu Dhabi, UEA, Rabu, meskipun penambahan kapasitas energi terbarukan telah mencetak rekor pada 2023 dengan penambahan 473 Gigawatt (GW).
Peningkatan kapasitas tersebut dan tantangan investasi menjadi pekerjaan yang harus dituntaskan agar kapasitas energi terbarukan global, –merujuk dokumen World Energy Transitions Outlook IRENA–, dapat mencapai target pada 2030 sebesar 11 terawatts (TW) dan menjaga ambang batas 1,5 derajat celius kenaikan suhu bumi.
“Dari tahun ke tahun, meskipun kami melihat adanya kemajuan, namun hal tersebut belum cukup memenuhi kebutuhan. Investasi dalam mendukung teknologi dan infrastruktur juga masih tertinggal,” kata Camera dalam Sidang Majelis Umum ke-14 IRENA.
Karena itu, kata Camera, masih banyak yang harus dilakukan negara-negara di dunia pada enam tahun mendatang. Tekad, kolaborasi, dan inovasi, menjadi kunci untuk mempercepat pengembangan kapasitas energi terbarukan.
Meskipun meningkat pada 2023, Camera menyoroti ketimpangan yang lebar antara negara maju dan berkembang dalam energi terbarukan. Sebanyak 83 persen penambahan energi terbarukan terjadi di China, Uni Eropa dan AS.
“Hal ini menyebabkan sebagian besar negara-negara berkembang tertinggal, meskipun terdapat kebutuhan ekonomi dan pembangunan yang sangat besar,” kata dia.
Menurut Camera, penambahan 473 GW pada 2023 juga masih kurang dari setengah perkiraan IRENA yang dibutuhkan setiap tahunnya yakni 1.000 GW.
“Artinya, kita harus berbuat lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat. IRENA memantau kemajuan transisi energi dengan cermat di seluruh indikator utama. Dari tahun ke tahun, meskipun kami melihat adanya kemajuan, namun hal tersebut belum cukup memenuhi kebutuhan,” kata dia.
Sidang Umum ke-14 IRENA ini turut dihadiri oleh perwakilan Pemerintah Indonesia yang dipimpin Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana.
Sidang umum ini digelar di tengah amplifikasi pesan global dari KTT Iklim COP 28 Dubai, November 2024, mengenai pentingnya peningkatan tiga kali lipat kapasitas energi terbarukan dan dua kali lipat efisiensi energi pada 2030 untuk mencegah kenaikan suhu bumi melebihi 1,5 derajat celcius.