Silaturahmi dan Konsultasi “Ammempo Sipitangarri”,Dengan Drs Abd Kahar Pattola Daeng Siala Karaeng Loe II Ri Bajeng Raja Bajeng ke XIXq

IndonesiaLineNews-Bajeng,Gowa Silaturahmi ini terkesan spontanitas datangnya,,, muncul dari beberapa orang akhirnya kami bersamaan janjian ketemu di rumahnya Raja bajeng ke XIX Drs Abd kahar Pattola Daeng Siala Karaeng Loe II Ri Bajeng, adapun tujuan dari silaturrahmi tersebut, adalah konsolidasi organisasi LAKB, penguatan administrasi,penajaman visi organisasi
(program kerja) serta membahas kembali misi besar dan roh perjuangan Karaeng Loe ri Bajeng yang belum terwujud.

Pembicaraan yang sangat menarik di bahas adalah bagaimana misi Karaeng Loe ri Bajeng yang ingin membumikan Islam sebagai agama rakyat dan agama pemerintah serta berbagai hal seperti pengembangan dan pembangunan pusat pusat pendidikan dakwah islam, hal ini bisa terlihat semakin banyaknya pesantren,pondok tahfiz, TK/TPA,
Madrasah Ibtidaiyah/SD, Madrasah Tsanawiyah/SMP,Madrasah Aliyah/SMA, menjamurnya Masjid/Mushallah dalam wilayah Eks Kerajaan Bajeng…

Topik lain yang di bahas adalah beberapa raja bajeng yang menjadi tonggak awal munculnya istilah 33 Anrong Tau(Berdirinya) Kerajaan Polongbangkeng pada tahun 1816,
“Nipolongi Limanna”,Keluarnya dataran tinggi dari Kerajaan Bajeng seperti :
Malakaji, Sapaya, Parigi dan Manuju, kemudian sebahagian wilayah Kerajaan Bajeng di serahkan kepada Galesong seperti : Pare’-Pare’,Bontokaddopepe, Tangke Jonga dan Borong Karamasa.
Untuk mencegah situasi politik kemasyarakatan di Kerajaan Bajeng yang semakin tidak menentu maka KARE MAMBANI Raja Bajeng ke XVI
kemudian memanggil semua keluarga dan kerabatnya untuk membentuk pemerintahan se tingkat kepala desa atau di sebut Anrong Tau(33 Anrong Tau)…

Pada masa pemerintahan Kare MANNINDORO DAENG IRATE Raja Bajeng ke XVII pada tahun 1826,Raja Gowa I KUMALA DAENG PARANI KARAENG LEMBANG PARANG memanggil MANNINDORO DAENG I RATE ,I MA’RU DAENG SARRO, GECONG DAENG NAJA, dan RABANA DAENG BOMBONG…Sesampainya di depan tangga istana Kare MANNINDORO bersama rombongan di perintah oleh penjaga untuk a’laggasa’ atas perintah dari Raja Gowa,artinya mereka berempat harus menanggalkan mata badiknya saja sedangkan sarungnya
(Banoanna) tetap di pinggangnya di pakai menghadap Raja Gowa…

Inilah yang melatar belakangi jabatan Kare(Raja)di Kerajaan Bajeng di tiadakan dan di ganti dengan istilah Batang Banoa Appaka (Empat Pemerintahan),hal ini adalah siasat dan strategi yang di lakukan oleh Kerajaan Gowa untuk semakin di perkecil,. Semua siasat dan strategi ini atas usulan oleh seorang ahli nujum (penasehat) Kerajaan Gowa yang bernama Botolempangan.
Dengan demikian ini adalah akhir dari sebuah peradaban dan sejarah Bajeng menjadi sebuah Kerajaan (1500-1826),selama 326 tahun Bajeng menjadi sebuah Kerajaan islam pertama di Sulawesi Selatan,.”Setiap Masa ada Pemimpinnya, Setiap Pemimpin ada Masanya.”

9 tahun pasca ekspedisi militer Belanda yakni tahun 1905,muncul seorang pemuda yang oleh orang tuanya I KADE DAENG TAOKE ,di beri nama I TOLOK DAENG MAGASSING yang sangat anti dengan Belanda beserta antek anteknya, kemudian I TOLOK DAENG MAGASSING lalu menghimpun teman temannya yang satu tujuan, ingin mengusir penjajah Belanda dari Indonesia.di mulailah sebuah operasi penjarahan, perampasan dan perampokan para pejabat pemerin
tah Belanda dan orang orang kaya yang pro dengan Belanda…

Puncak dari operasi I TOLOK DAENG MAGASSING adalah semua pos pos, rumah rumah pejabat pemerintah Belanda di serang, di rampas dan di rampok sehingga I TOLOK DAENG MAGASSING di cak sebagai pemberontak oleh pemerintah Belanda tetapi oleh para bangsawan Gowa, Bajeng, Polongbangkeng, Jeneponto, Makassar dan rakyat miskin I TOLOK DAENG MAGASSING di anggap sebagai penyelamat dan Pahlawan

Untuk menumpas I TOLOK DAENG MAGASSING “PAGORRA PATAMPULOA”,
Maka Belanda mendatangkan 8 batalyon pasukan dari Batavia, akhirnya I TOLOK DAENG MAGASSING dan I RAJAMANG berhasil di tangkap , itupun berkat adanya informasi dari CAMANGGO bekas anak buah I TOLOK DAENG MAGASSING, penangkapan itu di daerah Kalampak Polongbangkeng, kemudian I TOLOK DAENG MAGASSING di bawa ke Limbung dan langsung di tembak mati, lalu mayatnya di pertontonkan di tengah masyarakat ini adalah intimidasi ancaman bahwa siapapun yang melawan Belanda nasibnya sama dengan I TOLOK DAENG MAGASSING…

Ada juga pembahasan mengenai sosok ulama yang menjadi penyebar dan yang mengembangkan agama islam di daerah Gallarrang Bontomaero dan sekitarnya, adapun namanya adalah H MASALE yang konon berasal dari Palopo dan merupakan cicit dari Sawerigading…
“Kejahatan yang terstruktur akan mengalahkan kebaikan yang tidak terstruktur .”
ALI BIN ABI THALIB RA